Sebagian dari Ulama’
tafsir menggolongkan fawātiḥ as-suwar dalam ayat-ayat mutasyābihāt
(sebuah ayat yang hanya diketahui maksudnya oleh Allah dan orang-orang yang
dikehendakinya) sebagaimana mazhab dari para ulama’ salaf. Jika menilik
penafsiran ini, maka makna dari fawātiḥ as-suwar pada semua ayat Al-Qur’an hanya Allah SWT yang
mengetahui makna-maknanya dan tidak memiliki kedudukan mabni/mu’rab
dalam status kalimah bahasa Arab. Fawātiḥ as-suwar sendiri merupakan kumpulan huruf-huruf yang
diturunkan Allah dan menjadi pembuka dari beberapa surah Al-Qur’an. Total fawātiḥ as-suwar dalam Al-Qur’an terdiri dari 14 huruf
hija’iyyah yang tersebar dalam 29 surah. Diantara dari beberapa surah tersebut
ada yang memiliki 1 huruf saja seperti surah Al-Qalam yang di awali dengan
huruf nūn, ada yang dua, tiga, empat sampai 5 huruf
seperti halnya dalam surah Maryam.
Beberapa ulama’ lainnya mencoba menafsirkan
makna yang terkandung dari fawātiḥ as-suwar tak terkecuali dalam pembukaan surah
Al-Baqarah. Diantara beberapa Ulama’ tersebut berpendapat bahwasanya Alif Lam
Mim merupakan nama sebuah surah. Sebagian lainnya berpendapat ia merupakan nama
Al-Qur’an, nama Allah SWT, nama Malaikat atau nama Nabi. Sebagian lainnya
mentakwil setiap huruf dari Alif Lam Mim adalah kunci dari nama-nama Allah.
Menurut pendapat ini Alif adalah awal dari nama Allah (الله), Lam adalah awal dari nama Allah al-Latif
(لطيف), dan
Mim adalah awal dari nama Allah al-Majid (مجيد). Ada juga dari para ulama’ mazhab ini
yang menjelaskan bahwa setiap huruf dari Alif Lam Mim menjadi sebuah isyarat.
Alif menjadi isyarat dari الاء الله (nikmat-nikmat Allah), Lam menjadi isyarat dari لطف
الله(lemah
lembutnya Allah), dan Mim menjadi isyarat dari ملك
الله
(Kerajaan Allah).
Asy-Syi’bi berpendapat bahwasanya Alif Lam Mim
dan semua fawātiḥ as-suwar termasuk dari ayat mutasyābihāt
yang menjadi rahasia al-Qur’an. Ia lebih condong pada mazhab ulama salaf sebagaimana
diikuti para ahli tafsir lainnya seperti As-Suyuthi. Kita sebagai umat muslim
diperintahkan untuk percaya dengan dzahir teks ayat-ayat mutasyābihāt
tersebut dan menyerahkan maksud ayat tersebut hanya kepada Allah SWT. Tentu
Allah tak serta merta menurunkan ayat-ayat tersebut tanpa sebuah alasan. Faedah
Allah menurunkan ayat-ayat ini adalah menuntut umat Islam untuk dapat
mengimaninya. Abu Bakar RA berkata, “Di setiap kitab Allah terdapat sebuah rahasia,
dan rahasia Allah di Al-Qur’an adalah permulaan dari surah-surahnya”. Wallahu
A’lam.
Sumber:
1.Hasyiyah Shawi lil ‘Alamah Ahmad ibn Muhammad
As-Shawi
2. Tafsir Marah Labid lil ‘Alamah Muhammad
Nawawi al-Jawi
0 Komentar